AUDIT ATAS PERSEDIAAN
BARANG DAGANG PADA PT. SINAR INTI KHARISMA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Perkembangan dunia usaha dewasa ini sangat pesat di tandai
munculnya berbagai jenis perusahaan, baik perusahaan yang berskala kecil
(mikro), menengah, maupun yang berskala besar (makro), menurut kemampuan
manajemen untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien, efektif dan
ekonomis. Kemampuan ini memerlukan informasi sebagai salah satu dasar penting
dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya.
Semakin berkembangnya suatu perusahaan menuntut pula
perkembangan di bidang pemeriksaan. Pemeriksaan yang di lakukan tidak hanya
pemeriksaan keuangan saja tetapi juga pemeriksaan yang menekankan penilaian
sistematis dan objektif serta berorientasi pada tujuan untuk memperoleh
keyakinan tentang keaktifan dan memberikan pendapat atas kewajaran laporan
keuangan yang di periksa. Pada sebuah perusahaan dagang salah satu informasi
yangb disajikan dalam laporan keuangan adalah nilai persediaan barang dagangan
yaitu persediaan barang yang di miliki dengan tujuan utama untuk di jual dalam
rangka kegiatan normal perusahaan. Secara intern, kesalahan penyajian nilai
persediaan barang dagang dapat menimbulkan kesalahan pengambilan keputusan
produksi. Kegiatan pemasaran dan bahan pembelanjaan perusahaan. Bagi pihak
ekstern, kesalahan tersebut dapat memberikan informasi yang menyesatkan
mengenai profitabilitas dan bahkan kemampuan perusahaan untuk dapat
menyelesaikan kewajiban-kewajiban keuangan.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan
informasi akuntansi mengenai persediaan barang dagang dibutuhkan pengujian kesusaian
antara praktek akuntansi persediaan barang dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Proses pengujian tersebut di kenal dengan istilah Auditing yang
di lakukan oleh akuntan publik sebagai pihak yang indipenden dari
penyelenggaraan kegiatan, pemilikan dan hubungan baik lainnya dengan organisasi
perusahaan yang dapat mempengaruhi indipenden tersebut.
Rosadi (2007:3), Auditing atas persediaan adalah bagian yang
paling kompleks dan memerlukan waktu yang cukup banyak untuk melakukan suatu
pemeriksaan terdiri dari berbagai macam jenis dan tersebar di beberapa lokasi.
Pengelolaan persaediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena
pemeriksaan atas persediaan ini banyak melibatkan investasi rupiah dan
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kegiatan perusahaan. Oleh karena itu,
audit atas persediaan barang sangat di perlukan untuk mengurangi resiko
terjadinya selisih, kehilangan, mengantisipasi kemungkinan terjadinya
kecurangan dan memastikan bahwa prosedur telah dilakukan dengan baik sehingga
kemudian dapat dibuatlah perbaikan.
Terdapat dua masalah
mengapa suatu perusahaan perlu di audit yaitu:
- Audit
dapat digunakan sebagai perencanaan didalam pengambilan keputusan baik
untuk manajemen puncak, pejabat atau pemberi kredit dan lembaga lainnya
yang mempunyai hubungan ert dalam kegiatan operasional suatu perusahaan.
- Audit
dapat digunakan sebagai pedoman atau alat didalam pengawasan, apakah suatu
perusahaan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau tidak..
Oleh karena itu, pihak
manajemen perlu melakukan pengamatan dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan
yang dilakukan apakah sudah efektif dan efisien,tentunya sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengevaluasi
persediaan barang dalam suatu perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan audit
atas persediaan barang.
Berawal dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis
tertarik memilih Judul dalam penulisan penelitian adalah : “AUDIT ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT. SINAR
INTI KHARISMA”.
B.
MASALAH
POKOK
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang
menjadi pokok permasalahan penelitian adalah “ Bagaimana Pelaksanaan Audit
Persediaan Barang Dagang pada PT.SEMESTA NIAGA SEJAHTERA ditinjau
dari pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ”.
C.
TUJUAN
DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pelaksanaan audit persediaan barang dagangan
pada PT. SEMESTA NIAGA SEJAHTERA dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Kegunaan Penelitian
- Sebagai
bahan masukan atau informasi bagi perusahaan yang bersangkutan menngenai
audit persediaan barang dagangan.
- Sebagai
referensi bagi peneliti seluruhnya.
D.
HIPOTESIS
Dalam
kaitannya dengan permasalahan yang telah
di kemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan yaitu sebagai berikut :
“Audit Persediaan
Barang Dagang yang di ketahui oleh PT. SINAR INTI KHARISMA telah sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK)”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI
AUDIT
Definisi audit yang sangat terkenal adalah
deflinisi yang berasal dari ASOBAC (A Statement Of Basic Auditing
Concept) yang mendefinisikan auditing sebagai salah suatu proses
sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif
mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria
yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas adalah
evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, produk. Audit dilaksanakan
oleh pihak yang kompeten, objektif dan tidak memihak yang di sebut auditor.
Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah
diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi dan praktek yang
telah disetujui dan di terima. (www.wikipedia.co.id).
Sukrisno (1999:1) menyatakan auditing adalah suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap
laporan keuangan yang telah di susun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa auditing
merupakan suatu pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak
independen untuk menetapkan tingkat kesesuaian dan memberikan pendapat mengenai
pemeriksaan tersebut untuk menyampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
B.
JENIS-JENIS
AUDIT
Adapun jenis-jenis
audit yang dikemukakan oleh Halim (2001:1), berdasarkan tujuan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu :
- Audit
Laporan Keuangan (Finansial Statement Audit).
Audit Laporan Keuangan mencakup penghimpunan
dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan
untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar
sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
(PABU). Jadi, ukuran kesesuaian audit laporan keuangan adalah kewajaran (fairness).
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit).
Audit kepatuhan mencakup penghimpun dan pengevaluasian bukti
dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasi
tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan dan
regulasi yang telah ditentukan. Ukuran kesesuaian audit kepatuhan adalah
ketepatan (correctness).
3. Audit Operasional.
Audit operasional
meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional
organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas,
maupun kehematan (ekonomis) operasional. Efisiensi adalah perbandingan antara
masukan dengan keluaran, sedangkan efektivitas adalah perbandingan antar
keluaran dengan target yang sudah ditetapkan. Dengan demikian yang menjadi
tolak ukur atau kriteria dalam audit operasional adalah rencana, anggaran, dan
standar biaya atau kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan audit
operasional adalah :
- Menilai
Prestasi
- Mengidentifikasikan
kesempatan untuk perbaikan
- Membuat
rekomendasi untuk pengembangan dan perbaikan, dan tindakan lebih lanjut.
Berdasarkan penjelasan
tentang jenis-jenis audit tersebut, maka menurut Sukrisno (1999:5), ditinjau
dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas :
1. General Audit (Pemeriksaan Umum)
Suatu pemeriksaan umum
atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP yang independen dengan tujuan
untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan standar
professional akuntan publik dan memperhatikan kode etik akuntan Indonesia.
2. Spesial Audit (Pemeriksaan Khusus)
Suatu pemeriksaan
terbatas sesuai dengan permintaan auditor yang di lakukan oleh KAP yang
independen dan pada akhirnya pemeriksaan auditor tidak perlu memberikan
pendapat terhadap kawajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang
diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena
prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
Sedangkan Admin
(2008:3), mengkategorikan audit tergantung sudut pandang yang digunakan terdiri
dari :
1. Dari sudut pelaksanaan audit, dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
a. Audit pihak pertama atau disebut audit mutu
internal, yaitu audit yang dilakukan
dalam lembaga untuk menetukan efektivitas sistem mutu yang diterapkan.
b. Audit pihak kedua
atau disebut juga audit eksternal, yaitu audit yang dilakukan oleh suatu
lembaga terhadap cabang atau jurusan baru di lembaga itu untuk menilai jurusan
atau lembaga yang baru tersebut.
c. Audit pihak ketiga
atau audit eksternal atau independence yaitu
audit yang dilakukan oleh badan akreditasi atau badan sertifikasi untuk menilai
kesesuaian mutu standar yang di isyaratkan oleh pelanggan.
2. Audit dilihat dari kedalaman audit. Jenis
audit ini ada tiga macam yaitu :
a.
Audit Sistem, yaitu
audit yang dilakukan untuk menentukan apakah lembaga sudah mempunyai sistem dalam operasional
kegiatan. Yang diaudit adalah apakah sistem yang ditetapkan sudah sesuai dengan
sistem standar yang telah ditentukan.
b.
Audit Kesesuaian,
yaitu audit yang digunakan untuk melihat apakah prosedur instruktur kerja dan
rencana telah dilaksanakan.
c.
Audit Produk, yaitu
audit yang digunakan untuk menentukan apakah produk sesuai dengan yang
dijanjikan.
C. Standar Auditing
Standar Auditing
merupakan suatu ukuran pelaksanaan tindakan yang merupakan pedoman umum bagi
auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing
dibuat oleh Komite Standar Auditing organisasi profesi Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI).
Standar auditing
berkaitan dengan kriteria atau ukuran audit, dan berkaitan dengan tujuan yang
hendaknya menggunakan prosedur yang ada. Berdasrkan PSAK No. 02, Standar
auditing dikelompokkan kedalam tiga bagian, yaitu :
1. Standar Umum.
Standar umum yang digunakan oleh pemeriksa
terdiri dari :
a. Auditor harus dilaksanakan oleh seseorang atau
lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
- Dalam
semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.
- Dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan.
Dalam standar pekerja lapangan, seorang
pemeriksa harus memperhatikan standar pekerjaan lapangan tersebut, yaitu :
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya
dan jika digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya.
- Pemahaman
yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
- Bukti
kompoten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan audit.
3. Standar Pelaporan
Dalam
hal pelaporan seorang auditor harus memperhatikan standar pelaporan yaitu :
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
- Laporan
audit harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam perusahaan laporan keuangan periode
berjalan dibanding dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam
periode sebelumnya.
- Pengungkapan
informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
- Laporan
auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan.
Standar tersebut
diatas saling berhubungan antara satu dengan yang lain, dimana seorang auditor
selain dituntut memiliki keahlian khusus juga harus menguasai struktur
pengendalian intern suatu perusahaan, juga independen intern suatu perusahaan,
juga independen dalam pelaksanaan pemeriksaannya terhadap suatu perusahaan
sesuai dengan ketentuan standar yang ditetapkan diatas.
D. Sistem Pengendalian
Intern
Halim (2001:197), mengemukakan Sistem Pengendalian Intern (SPI)
adalah sutu hal yang sangat memegang peranan penting dalam auding.Oleh sebab itu perlu di ketahui tentang SPI
tersebut. Dalam Standar profesional Akuntan Publik pada SA 319. par 06
dikemukakan bahwa: Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapai tiga tujuan berikut ini:
- Menjaga
keandalan pelaporan keuangan entitas.
- Menjaga
efektivitas dan efisiensi operasi yang dijalakan.
- Menjaga
kepatuhan hukum dan peraturan yang berlaku.
Sistem pengendalian
intern yang digunakan dalam suatu perusahaan merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam laporan keuangan yang dihasilkan. Oleh karena, itu seorang
pemimpin memahami struktur pengendalian interen yang digunakan apakah sudah efektif,
efisien dan ekonomis. Sehingga mampu megamankan atau mengurangi pentimpangan
yang terjadi dalam perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut, maka manajer perlu
memahai unsur-unsur Sistem Pengedalian Imtern meliputi:
a. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menciptakan suasana
pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personil
organisasi dalam pengendalian. Mulyadi (2001:175), menyatakan bahwa berbagai
faktor yang membentuk Lingkungan Pengendalian Intern dala suatu entitas antara
lain:
- Nilai
integritas dan etika
- Komitmen
terhadap kompetensi
- Dewan
komisaris dan komite audit
- Filosofi
dan gaya operasi manajemen
- Struktur
organisasi
- Pembagian
wewenang dan pembebanan tanggung jawab
- Kebijakan
dan praktek sumber daya manusia
b. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko
untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan
dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Penaksiran risiko manajemen harus mencakup
pertimbangan khusus tehadap risiko yang dapat
timbul dari perubahan, seperti yang diuraikan Mulyadi (2001:179), yaitu :
- Bidang
baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum
pernah dikenal.
- Perubahan
dan perturan baru.
- Hukum
dan peraturan baru.
- Perubahan
yang berkaitan dengan revisi sistem teknologi baru.
- Pertumbuhan
pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengelolaan dan pelaporan
informasi.
c. Informasi
Dan Komunikasi
Sistem akuntansi diciptakan untuk
mengidentifikasi, merakit, menggolongkan, menganalisis,mencatat dan melaporkan
transaksi suatu entitas, serta menyelenggarakan pertanggung jawaban kekayaan
dan hutang entitas tersebut. Fokus utama kebijakan dan prosedur pengendalian
yang berkaitan dengan sistem akuntansi adalah bahwa transaksi dilaksanakan
dengan cara mencegah salah satu dalam asersi manajemen laporan keuangan.
Mulyadi (2001:179), mengemukakan sistem
akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi
yang dicatat atau terjadi adalah :
- sah
- telah
diotorisasi
- Telah
dicatat
- Telah
dinilai secara wajar
- Telah
digolongkan secara wajar
- Telah
dicatat dalam periode yang seharusnya
- Telah
dimasukkan kedalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar.
Komunikasi mencakup penyampaian informasi
kepada semua personil yang terlibat dalam laporan keuangan tentang bagaimana
aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, yang berada dalam
organisasi maupun yang berada di luar organisasi. Komunikasi ini mencakup
sistem pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas.
Pedoman kebijakan, pedoman akuntansi dan pelaporan keuangan, daftar akun dan
memo juga merupakan bagian dari komponen informasi dan komunikasi dalam
struktur pengendalian intern.
E. Defenisi Persediaan
Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan
untuk menyatakan suatu jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria PSAK No.
14 yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva :
- Tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
- Dalam
proses produksi dan atau perjalanan.
- Dalam
bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberiaan jasa.
Pengungkapan persediaan menurut PSAK No. 14 adalah sebagai
berikut :
- Kebiijakan
akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan termasuk rumus biaya
yang dipakai.
- Total
jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi
yang sesuai bagi perusahaan.
- Jumlah
tercatat persediaaan yang tercatat sebesar nilai realisasi bersih.
- Jumlah
dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai persediaan yang
diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28.
- Kondisi
atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang
diturunkan sebagai mana dijelaskan pada paragraf 28, yaitu :
“ Jika Barang dalam Persediaan dijual, maka
nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode yang
diakuinya pendapat atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan
dibawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan
harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian
tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena
peningkatan kembali nilai realisasi bersih harus diakui sebagai pengurangan
terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut”.
Nilai tercatat
persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.
William (2005:149) mengemukakan bahwa bagi
mayoritas peusahaan manufaktur, pedagang besar dan pedagang eceran, persediaan
adalah komponen utama dari neraca. Persediaan juga mencerminkan satu dari
bagian yang kompleks dari audit. Kompleksitas audit persediaan dapat juga
dipengaruhi oleh tingkat pemrosesan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk.
Dalam bisnis jual beli, produk dibeli langsung dari pemasok dengan hanya
sedikit atau tidak ada pemrosesan tambahan oleh entitas sebelum dijual.
Achun (2008:2) mengemukakan pendapatnya, bahwa
persediaan adalah barang yang dimiliki untuk dijual atau diproses selanjutnya
dijual. Berdasarkan pengertian tersebut, maka perusahaan jasa tidak memiliki
persediaan, perusahaan hanya memiliki persediaan barang dagang, sedang
perusahaan industri memiliki tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi (siap dijual).
Dari pengertian tersebut diperlukan adanya
perencanaan dan pengawasan yang baik terhadap persediaan. Adanya persediaan
yang cukup untuk melayani permintaan langganan atau untuk keperluan produksi
merupakan faktor dominan untuk mempertahankan kontinuitas usaha perusahaan. Di
lain pihak menumpukkan persediaan dalam jumlah yang berlebihan mempunyai resiko
dalam penyediaan dana (modal kerja), resiko kerusakan persediaan, biaya
penyimpanan dan lain sebagainya.
Selanjutnya menurut Prijanto (2007:5), bahwa
bagi perusahaan dagang yang didalam usahanya adalah membeli atau menjual
kembali barang-barang, pada umumnya persediaan yang dimiliki diklasifikasikan
menjadi:
a. Persediaan Barang Dagang
Menyatakan barang-barang yang dimiliki dengan
tujuan akan dijual kembali dimasa yang akan datang. Barang-barang ini secara
fisik tidaka akan berubah sampai dengan barang tersebut dijual kembali.
b. Persediaan Lain-lain
Barang-barang ini
biasanya akan dipakai (dikonsumsikan) dalam jangka waktu relatif pendek dan
akan dibebankan sebagai biaya administrasi umum atau biaya pemasaran. Oleh
karena itu, biasanya terhadap jenis persediaan ini diperlukan sebagai biaya
(yang dibayar dimuka) atau persediaan supplies.
Sedangkan bagi perusahaan manufaktur yang
didalam usahanya adalah mengubah bentuk atau menambah / menaikkan nilai
kegunaan barang, pada umumnya mengklsifikasikan persediaan kedalam.
c. Persediaan Bahan Baku
Adalah persediaan yang akan diproses, dalam
proses produksi. Ciri khas dari bahan baku tersebut adalah dapat
diidentifikasikan pada barang jadi.
d. Persediaan Dalam Proses
Adalah persediaan yang sudah diproses pada proses produksi,
tetapi belum selesai.
e. Persediaan Barang Jadi
Adalah persediaan barang yang sudah siap untuk dijual.
Persediaan merupakan bagian utama dari modal
kerja, sebab dilihat dari jumlahnya biasanya perusahaan inilah unsur modal
kerja yang paling besar. Hal ini dapat dipahami karena persediaan merupakan
faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Tanpa ada
persediaan yang memadai, kemungkinan besar perusahaan tidak bisa memperoleh
keuntungan yang diinginkan disebabkan proses produksi sudah terganggu.
F. Tujuan Persediaan
Anita (2003:2),
menyatakan bahwa tujuan utama persediaan adalah untuk melepaskan berbagai fase operasi.
Tujuan persediaan yang lebih detail, yaitu :
- Untuk
berlindung dari ketidakpastian
Dalam sistem
persediaan terdapat saja bentuk ketidakpastian seperti dalam hal pemasokan,
permintaan dan tenggang waktu pesanan. Stok pengaman dipertahankan dalam
persediaan untuk berlindung dari ketidakpastian tersebut.
2. Untuk memungkinkan produksi dan Pembelian
Ekonomis
Sering kali lebih
ekonomis untuk memproduksi bahan dalam jumlah besar sebab periode waktu
memproduksi barang relatif pendek dan kemudian tidak ada produksi lagi sehingga
barang tersebut habis terpakai.
3. Untuk mengatasi perubahan yang diantisipasi
dalam permintaan dan penawaran.
Perubahan yang sering
terjadi dalam permintaan dan persediaan adalah jika harga atau ketersediaan
bahan baku diperkirakan akan berubah. Perusahaan-perusahaan sering menyimpan
stok bagi suatu produk yang diminati, apabila kurun waktu pembuatan stok baru
telah habis dan masyarakat masih meminati, maka kemungkinan stok tersebut
dijual dengan harga tinggi sebab sudah langka.
G. Siklus Persediaan
Begitu persediaan
bergerak disepanjang perusahaan, harus ada pengendalian yang memadai atas
pergerakan fisiknya maupun atas biaya-biaya yang berhubungan.
Arens (1993:292),
mengemukakan keenam fungsi yang membentuk siklus persediaan yang memudahkan
pemahaman mengenai pengendalian dan bukti-bukti audit yang dibutuhkan untuk
menguji keefektifan.
- Mengolah
Order Pembelian
Setiap permintaan pembelian (purchase requisitions)
digunakan untuk meminta bagian pembelian membuat order atas barang-barang
persediaan. Permintaan dapat diajukan oleh pegawai gudang penyimpanan jika
persediaan telah mencapai jumlah yang telah ditentukan sebelumnya, order dapat
juga dibuat untuk bahan baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu pesanan
dari langganan tertentu.
2. Menerima Bahan Yang Baru
Setiap bahan yang
diterima harus diperiksa jumlah dan kualitasnya. Bagian penerimaan barang harus
membuat laporan penerimaan barang yang menjadi bagian dari dokumen penting
sebelum pelunasan dilakukan. Setelah diperiksa bahan-bahan tersebut dikirim ke
gudang penyimpanan.
3. Menyimpan Bahan Baku
Setelah bahan
diterima, lalu disimpan didalam gudang penyimpanan sampai dibutuhkan untuk
kegiatan produksi. Bahan-bahan dikeluarkan dari gudang ke bagian produksi
setelah adanya penyerahan atau dokumen sejenisnya yang menunjukkan jenis dan
jumlah unit barang yang dibutuhkan.
4. Mengolah Barang
Struktur pengendalian
intern akuntansi biaya merupakan hal yang penting dalam fungsi pengelolahan
barang dalam suatu perusahaan yang tergolong didalam perusahaan manufaktur.
Struktur pengendalian intern dibutuhkan untuk menunjukkan profitabilitas
relative dari berbagai macam hasil produksi untuk perencanaan dan pengendalian
manajemen dan dalam menilai persediaan untuk tujuan penyajian laporan keuangan.
5. Menyimpan Barang Jadi
Setelah barang jadi
diselesaikan oleh bagian produksi, kemudian ditempatkan didalam gudang
penyimpanan sambil menunggu pengirimannya. Dalam perusahaan yang mempunyai
pengendalian intern yang baik, barang jadi disimpan disuatu tempat terpisah,
dengan akses yang terbatas, dibawah pengendalian secara fisik.
6. Mengirim Barang Jadi
Masalah pengiriman
barang jadi merupakan bagian intergral dari siklus penjualan dan penagihan.
Setiap pengiriman atau transfer barang jadi harus diotorisasi melalui dokumen
pengiriman.
H. Resiko Bawaan
Persediaan
Sejumlah karakteristik
perikatan dan operasi penting untuk penentuan resiko bawaan persediaan William
(2005:158)
- Jenis
produk yang dijual oleh klien dapat meningkatkan potensi penyalahgunaan.
Sebagai contoh, produk yang berukuran kecil dan bernilai tinggi, lebih
rentan terhadap pencurian daripada produk berukuran besar.
- Persediaan
sering sulit untuk di audit, dan penilaiannya dapat mengakibatkan
perbedaan pendapat dengan klien.
- auditor
harus waspada terhadap kemungkinan transaksi dengan pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa dalam rangka memperoleh bahan baku dan menjual
barang jadi.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Daerah dan Waktu Penelitian
Sesuai dengan judul
yang dibahas, maka pelaksanaan penelitian dilakukan pada PT. Sina inSemesta
Niaga Sejahtera yang berlokasi di Jl. Ir. Sutami No. 22 Parangloe-Biringkanaya
di kota Makassar. Sedangkan waktu yang direnbcanakan dalam penelitian ini
selama 2 (dua) bulan yaitu mulai bulan Juli sampai Agustus 2009.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Observasi yaitu dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek
yang diteliti, yaitu PT. Sinar
Inti Kharisma
b. Wawancara yaitu
melakukan wawancara langsung dengan pihak manajemen dan
para karyawan yang
menangani bidang fungsional atas persediaan.
c. Kuesioner yaitu
mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan mengenai
persediaan barang dagangan yang telah disiapkan untuk
masing-masing responden.
d. Dokumentasi yaitu
dengan mempelajari dokumen resmi Perusahaan tentang
persediaan dagang yang akan diteliti.
- Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang
digunakan dalam penulisannya ini adalah :
- Data
Kualitatif, yaitu data berupa dokumen dan informasi tentang persediaan
barang dagangan pada PT A.
- Data
Kuantitatif, yaitu data berupa transaksi yang berhubungan dengan
persediaan barang dagang.
Sedangkan sumber data
yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Data
Primer, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengadakan pengamatan,
wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan serta sejumlah karyawan pada
perusahaan tersebut.
- Data
Sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan dokumen dari
sumber lainnya.
- Metode Analisis
Metode Analisis yang digunakan untuk menilai perbandingan antara
PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar dengan SAK dan PABU dalam penelitian
ini adalah analisis Konparatif yaitu
menguraikan persediaan barang dagang pada PT. Semesta Niaga Sejahtera kota
Makassar, dengan menggunakan pengukuran :
- Pengujian
Kepatuhan
Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan efektivitas
elemen-elemen Internal Control atas
persediaan yang diketahui melalui unsur-unsur pengendalian intern yang meliputi
:
- Lingkungan
Pengendalian
- Penaksiran
Resiko
- Informasi
dan Komunikasi
- Aktivitas
Pengendalian
- Monitoring
- Pengujian
Subtantif
Pengujian ini
dimaksudkan untuk menguji apakah informasi persediaan barang dagang yang
dilaporkan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- A. HASIL PENELITIAN
- 1. Sistem dan Prosedur Persediaan
Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan
manufaktur PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar berusaha untuk memasarkan
makanan dan minuman. Untuk menjaga Kontinuitas pasokan
sesuai spesifikasi yang dibutuhkan, perusahaan tetap terjaga, maka pimpinan
perusahaan senantiasa mengadakan control terhadap
persediaan yang dimiliki perusahaan.
Prosedur pengawasan
dan pengendalian yang diterapkan perusahaan adalah membentuk seksi gudang
dimana kartu persediaan digunakan untuk mencatat mutasi persediaan yang masuk
dan keluar gudang. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara fisik secara
berkala, secara umum sebenarnya perusahaan telah dapat menciptakan suatu
perencanaan dan pengendalian persediaan barang yang dapat menjamin kelancaran
dan operasi perusahaan, keamanan kekayaan perusahaan serta operasional
perusahaan efektif dan efisien. Oleh karena itu walaupun ada pemisahan tugas
pencatatan, tugas pengeluaran barang dan tugas lainnya yang berhubungan dengan
perencanaan dan pengendalian. Tetap diadakan analisa terhadap evaluasi
perencanaan dan pengendalian atas persediaan.
Hasil temuan penulis
selama melakukan penelitian yaitu, PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar
tidak mempunyai fungsi pembelian, dimana dalam pemesanan atau pengadaan barang
dagangan dilakukan oleh fungsi Penjualan. Jadi dalam struktur organisasinya PT.
Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar masih terdapat rangkap tugas.
Prosedur Penjualan Barang
Seperti yang dikemukan dalam pembahasan sebelumnya, bahwa
sebagian besar dari kekayaan perusahaan adalah dalam bentuk persediaan (selain
Aktiva tetap) sehingga penacatatan persediaan ini sangat penting sekali dalam
penyimpanan maupun pengawasan dalam arti control. Oleh karena
itu agar control lengkap haruslah ada kesesuaian antara
persediaan yang ada didalam kartu persediaan dengan yang dibukukan haruslah
sama dengan bagian kekayaan.
Sebagai perusahaan
yang bergerak dalam bidang penjualan makanan dan minuman, pengadaan barang
dilakukan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan PT. Semesta Niaga Sejahtera
kota Makassar yaitu sesuai dengan pesanan. Dimana pemesanan barang ke pusat
atau pemasok, dilakukan oleh bagian penjualan.
Bagian ini mengerjakan
semua kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan barang dagangan.
Langkah-langgkah yang dilakukan dalam proses pengadaan barang dagangan
adalah sebagai berikut :
- Bagian
Penjualan, membuat surat pesanan 5 rangkap :
a)
Rangkap 1 dan 2 dikirim ke Pusat
b)
Rangkap 3 dikirim ke bagian Akuntansi
c)
Rangkap 4 dikirim ke bagian pesanan barang
d)
Rangkap 5 dikirim ke bagian gudang
- Bagian
Gudang
a) Menerima surat pesanan
dan delivery order
b) Surat pesanan dan delivery order disesuaikan
c) Delivery
Order menjadi dasar untuk mengisi kartu gudang
d) Delivery Order dikirim
ke bagian EDP
- Bagian
EDP (electronic data processing)
a) Menerima delivery order dari bagian Gudang
b) delivery
order diinput ke dalam komputer
c) delivery
order dijadikan arsip
d)
menerima faktur pembelian dari pemasok
e) mencocokkan faktur dengan delivery order
f)
Menandatangani bukti terima faktur
g) Faktur dan delivery order dijadikan dasar untuk membuat bukti
utang
h) Dari bukti utang, faktur
dan delivery order dibuatkan daftar utang secara
periodik.
i) Faktur dijadikan
arsip, bukti utang dan delivery order dikirim
ke bagian akuntansi.
- Bagian
Akuntansi
a)
Menerima surat pesanan dari bagian Penjualan
b) Menerima delivery order dan bukti utang dari EDP
c)
Membandingkan surat pesanan, bukti utang dan faktur
d)
Surat pesanan dijadikan arsip sementara
e) delivery
order, bukti utang dan faktur dijadikan dasar untuk membuat
jurnal pembelian.
f) delivery order, bukti utang dan faktur dijadikan arsip
permanen.
- 2. Penilaian Sistem pengendalian Intern Persediaan
Seperti yang dikemukan sebelumnya bahwa tujuan auditor melakukan pemeriksaan adalah menyelidiki
dan menilai pengendalian internal berbagai unit organisasi. Dengan demikian
pemeriksaan ini merupakan bentuk pengendalian yang fungsinya adalah menilai
persediaan.
Konsep yang mendasari pemeriksaan ini adalah melalui review pengujian sertra evaluasi yang tepat,
pemeriksaan menilai pengendalian internal perusahaan mengenai kegiatan, program
atau fungsi yang sedang diperiksa dengan maksud untuk mencapai tujuan
pemeriksaan. Penilaian sistem pengendalian intern yang dilakukan oleh seorang auditor berguna untuk menetukan luasnya
pemeriksaan yang akan digunakan.
Tujuan utama dalam
kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa pengawasan yang telah ditetapkan
benar-benar ada dan dilaksanakan dan berfungsi dengan baik. Disamping itu juga,
untuk mencerminkan adanya unsur pengendalian yang terlewatkan dalam tahap
penyelidikan dan adanya unsur yang tidak mendapatkan otorisasi atau belum
ditetapkan.
Dengan melihat
kuesioner pengendalian intern persediaan yang diajukan penulis, dapat
disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern atas persedian PT. SEMESTA NIAGA
SEJAHTERA dikatakan baik. Karena adanya :
- adanya
pemisahan tugas antara yang menerima dan yang mencatat persediaan barang
dagangan.
- adanya
larangan masuk ke gudang selain petugas gudang (yang berkepentingan)
- persediaan
disimpan digudang dan diatur secara rapi
- dilakukan
perhitungan secara periodik atas persediaan yang disimpan digudang
- terdapat
penggunaan nomor urut cetak pada surat penerimaan dan pengeluaran barang,
serta pada kartu perhitungan fisik.
- dilakukan
penyusaian (adjustment) terhadap
persediaan yang rusak atau masih dalam perjalanan guna penentuan cut off.
- aadanya
penilaian persediaan yang konsisten dengan tahun yang sebelumnya.
- terdapat
pengecekan harga syarat pembelian dan ketelitian perkalian didalam faktur
dari pemasok sebelum faktur diproses untuk dibayar.
- 3. Pengujian Subtantif
Seperti yang
dijelaskan bahwa program pengujian substantif terhadap persediaan barang dagang
berisi prosedur audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit tiap rekening
yang diperiksa, untuk itu prosedur audit terhadap persediaan barang dagang
adalah sebagai berikut :
- Lakukan
Pengamatan terhadap perhitungan fisik yang dilakukan oleh perusahaan.
- Buat
daftar persediaan pada akhir tahun yang diperiksa
- Buat
perhitungan harga pokok penjualan perasediaan
- buat
jurnal penyesuaian
- buat working trial balance persediaan.
- B. PEMBAHASAN
- 1. Pengujian Kepatuhan
PT. Semesta Niaga
Sejahtera telah menunjukkan adanya penerapan sistem pengendalian intern yang
memadai. Namun terdapat beberapa hal yang melemahkan sistem dan prosedur
sehingga perlu adanya penyempurnaan lebih lanjut agar dapat mencapai tingkat
efesiensi dan efektivitas yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penulis akan
mencoba untuk memaparkan atas dasar konsep yang menjadikan pedoman dan
kenyataaan yang teraplikasi dalam perusahaan yang menjadi objek penelitian
penulis., adapun gambaran sistem pengendalian intern berdasarkan unsur-unsur
pengendalian intern PT. Semesta Niaga Sejahtera adalah sebagai berikut :
- Linkungan
Pengendalian
- Penaksiran
Resiko
- Informasi
dan Komunikasi
- Aktivitas
Pengendalian
- Pemantauan
- 2. Pengujian Subtantif
Persediaan barang
dagang pada PT. Semesta Niaga Sejahtera telah menunjukkan adanya kewajaran
penyajian pada laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari ‘prosedur audit
persediaan barang dagang yang diuraikan sebagai berikut :
Berdasarkan pembahasan
yang telah diuraikan maka dikatakan bahwa pengujian substantif dilakukan
didukung oleh teori Mulyadi (2001), yaitu :
Prosedur audit
persediaan barang dagang, adalah sebagai berikut ;
- Inspeksi
- Pengamatan
- Konfirmasi
- Permintaan
Keterangan
- Penelusuran
- Pemeriksaan
Dokumen Pendukung
- Perhitungan
- Scanning
- Pelaksanaan
ulang
10. Computer Assisted Audit Techniques
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
- A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang
diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
- Pengujian
Kepatuhan
Penerapan sistem
pengendalian intern atas persediaan makanan dan minuman yang dilakukan oleh
perusahaan PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar telah sesuai dengan
elemen-elemen sistem pengendalian intern, yaitu dapat dilihat melalui 5 unsur :
- Lingkungan
Pengendalian
- Penaksiran
Resiko
- Informasi
dan Komunikasi
- Aktivitas
Pengendalian
- Monitoring
- Pengujian
Subtantif
Dari pengujian yang
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan pada PT. Semesta Niaga
Sejahtera kota Makassar yang telah dilaporkan pada laporan keuangan telah
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
- B. SARAN
Dari hasil
pemeriksaan, maka peneliti akan memberikan saran yaitu :
Perusahaan disarankan
membuat Devisi Pembelian untuk memudahkan jalannya proses
pembelian dan penjualan sehingga lebih menjamin adanya pengendalian internal
yang lebih memadai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar